Sabtu, 14 April 2012

Teringat Lagi

Malam yang sunyi,  saat hendak menyelesaikan tugas-tugas kuliah yang selangit. Dipertengahan udah mulai merasa mentok, otak udah memanas, lantas ku putuskan untuk sejenak meninggalkan tugas itu. Online dulu, main game dulu, otak-atik laptop dulu. Pas  lagi otak-atik nih, aku ga sengaja buka folder poto-poto sama video zaman SMA. Awalnya senyam-senyum gitu, lucu sih lihat penampilan kita dulu yang sangat culun dan gaya poto kita yang sangat lebay hahha...Eh tapi, lama kelamaan ko ko ko tiba-tiba ada butiran bening yang menetes dari mata yaaaa :o :o :o Terus kebetulan pas banget di bbm aku sama vivi, mimil, thue lagi bahas masa-masa SMA (kalau sama mereka emang ga ada habisnya bahas masa putih abu {} ).... Pkoknya pipi basah. Air mata oh air mata, air mata rindu :( 
 
Oke, ga peduli malam ini aku dibilang lebay.. Aku ga bisa bohong, setelah hampir mau setahun pisah, aku masih kangeeen banget sama kalian. Aku ingin kembali bersama kalian. Bukan karena suasana di kampus ga enak, bukan karena orang-orangnya yang ga asik tapi karena memang suasana SMA  dan kalian yang lebih asik. Asik dengan kenangan kita ketika makan siang bareng, shalat dhuha bareng, jajan bareng, dekorasi kelas, latihan untuk lomba nasyid sama mars SMANDA, dan banyak lagi.  Ah ternyata kejadian dengan kalian yang dianggap sepele dulu pun, itu sangat aku rindukan. Seperti lagu ini, “Kalau sudah tiada baru terasa, bahwa kehadirannya sungguh berharga” hehehe... 

Rasanya aku masih kaya terpaksa dengan suasana sekarang.  Aku udah berusaha untuk merasa nyaman, tapi entahlah aku tetap nihil. Benar apa kata kebanyakan orang,  SMA itu ternyata memang paling berkesan.

Kita kadang sering ga kompak, kita sering banget  berselisih paham, bahkan saat-saat terakhir barengan, masih saja ada pertengkaran kecil diantara kita. Kalian ingat ga ? Gara-gara tema pemotretan untuk album kenangan, diantara kita jadi bertengkar. Saling mempertahakan argumen dengan keegoan hingga akhirnya wali kelas turun tangan. Sebenarnya kita ga dapet mufakat, terbukti pas paginya mau pemotretan (berasa artis pemotretan :D)  kita masih marahan, saling bisik-bisik lah, saling lempar muka masam lah, sampai ada yang nangis gara-gara dia bingung harus mihak kubu yang mana (haha kubu kaya perang ya).. Semarah apapun kita, sehebat apapun perdebatan dan pertengkaran kita, tapi dibalik semua itu kita masih punya rasa kebersamaan. Walau sebenarnya ada yang ga sesuai dengan keinginan, tapi pas kamera diarahin, kita tetap tersenyum, tertawa ceria, tetap pasang muka narsis,  saling bergandeng tangan, seperti melupakan permasalahan dan menikmati suasana kebersamaan saat itu. Kita seperti ingin nunjukin ke yang lain bahwa “niih inilah kita (BIOFACT) yang penuh kekompakan” . Hebat pokoknya, pada akhirnya kita tetap mengesampingkan ego masing-masing demi sebuah kebersamaan ^_^
Sukses untuk karir kalian teman-teman, semoga kalian menikmati sama teman dan suasana barunya, jangan kaya aku yang susah banget nerima keadaan -_-

“Selalu ada kebersamaan yang membuahkan canda tawa, perselisihan yang tidak jarang berujung melibatkan air mata, serta kejahilan-kejahilan yang terkadang mengakibatkan kesalahan yang sangat fatal sehingga merugikan semua. Namun, bagaimanapun itu Faktanya Aku TETAP BAHAGIA PERNAH BERADA DI TENGAH KALIAN” Love BIOFACTkuuu {}, Ivy........


                               BIOFACT






                                            Our Beloved School ....

Selasa, 10 April 2012

Seandainya Mama Boleh Memilih

 Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ....
Suatu sore di sebuah rumah, seorang remaja putri baru aja pulang setelah seharian mengikuti pelajaran dan dilanjutkan ekskul di sekolahnya. Dan bukan hal yg mengherankan lagi kalau ia selalu mendapati rumahnya sepi tanpa penghuni kecuali Bik Inah yg lagi menyiram bunga di taman belakang. Ia tau. Pastilah Papanya masih sibuk di kantor, dan Mamanya selalu pulang malem ngurusin usaha konveksinya. Sedangkan kakak satu-satunya hanya pulang seminggu sekali karena harus menyelesaikan kuliahnya di luar kota. Sebut saja ni anak, Ratih namanya. Seperti biasa sebelum masuk, Ratih selalu menggesekkan alas sepatunya di atas doormat di depan pintu. Segera ia membuka pintu, menutupnya lagi dan kemudian masuk ke dalam kamar. Tanpa melepas seragam, dia melempar tubuhnya di atas springbed. Sebuah diary kecil ia raih dari saku tas sekolah. Kata demi kata ditorehkannya di lembar-lembar putih itu. Ia tumpahkan segala kekecewaan atas kesibukan orang tuanya dan segala kepedihan serta kesepiannya selama ini. Di raut wajahnya jelas terpancar sebuah kekecewaan yg begitu mendalam.
 "Ya Allah... kenapa kedua orang tuaku lebih mementingkan pekerjaannya ketimbang aku anaknya? Kenapa ya Allah..?Papa... Mama... tahukah kalian? Betapa bahagianya aku andaikan kita semua bisa selalu berkumpul, menikmati teh bersama di teras rumah... sambil memandang langit senja yg memerah... tidakkah kalian menginginkan itu Pa...? Ma...?"
 Ratih masih terus larut dalam air matanya yg mulai jatuh membasahi dan melunturkan tulisannya, ketika BB 
barunya berdering nyaring. "iya Ma... kenapa??" jawab Ratih malas-malasan. "udah mandi, Sayang..?" "belum." "udah makan..??" "dah tadi di skul." "hmmm... keliatannya anak Mama lagi sewot ni... kenapa Sayang..? tadi ada masalah ya di sekolah? bilang sama Mama, mungkin Mama bisa bantu..." "enggak... sapa juga yg sewot... nggak ada masalah apa-apa koq.." "ya udah... kalo Ratih nggak mau cerita sekarang, ntar aja kalo kita udah ketemu di rumah. Sekarang Ratih mau kan tolongin Mama? tolong kamu ganti air bunga tuberose di kamar Mama ya... tadi pagi Mama lupa menggantinya." "iya..." "hati-hati gucinya jangan sampai pecah... dan ingat..! jangan nyuruh Bik Inah..!"
 Setelah melempar BBnya di kasur, segera Ratih bergegas menuju kamar Mamanya dan kemudian membawa guci yg berisi bunga tuberose itu ke keran air di belakang rumah. Setelah itu, dia bawa lagi guci bunga itu kembali ke kamar. Dan pada saat itulah mata Ratih menangkap sesuatu tergeletak di atas meja rias Mamanya. Sebuah Buku Catatan..! Catatan Mamanya. Buku itu masih dalam keadaan terbuka dan sebuah Pena pun masih menempel manis di atasnya. 

Senin, 09 April 2012

Aku Tidak Mau Hidup Denganmu "Sampai Mati"

 Bismillahirrahmanirrahiim,

Pada suatu malam, setelah selesai Qiyamul Lail berjama’ah, suamiku mengenggam tanganku. “Mataku tidak bisa tidur, bagaimana jika kita ke balkon depan menikmati bintang2 di angkasa”, ucap suamiku. Aku mengangguk pelan, “sebentar, aku buatkan wedang jahe dulu”, ucapku pula. Ku lirik jam di dinding, sudah pukul 3.56 menit. Dengan ditemani suamiku, aku turun ke dapur membuat minuman hangat itu. Lalu kami naik lagi ke lantai dua, menuju balkon yg memang tidak jauh dari kamar utama.

Udara dingin menelusup ke pori2 tubuh, diam2 kupandangi suamiku yg sedang santai memegang cangkirnya sambil memandangi bintang2 di angkasa. Biasanya saat seperti inilah kami bisa bicara dari hati ke hati, saat anak2 telah nyenyak terlelap. Lumayan ngobrol sambil menunggu waktu subuh tiba.

“Pa..,” ucapku pelan membuka pembicaraan. “mmh.. ya ma..,” jawab suamiku. “Masih ingat gak, adegan sepasang kakek dan nenek yg berpelukan ketika kapal Titanic hampir tenggelam..? itu loh yg di filem Titanic”, ucapku. “Ya.. terus..,” suamiku manggut2 berusaha mengingat. “Aku ingin kita seperti itu.. sudah tua dan sampai meninggal pun bersama”, ku sampaikan harapanku. Lalu suamiku menoleh dan berujar, “gak mau ah..”.

Aku kaget setengah mati, bibirku rasanya kelu.. “kok gak mau..? jadi mau nya berdua pas masih muda aja.. gak mau menghabiskan masa tua denganku..?” rajukku kesal.

“Pokoknya gak mau.. Udah ah.. ganti topik aja,.. tuh udah azan shubuh, lebih baik kita wudhu terus ke mesjid,” ucap suamiku sambil meletakkan cangkirnya yg sudah kosong di meja dan meninggalkan aku yg masih manyun dan terpaku di balkon. “ayuuk.. ma,” ajak suamiku lagi. Dengan langkah gontai karena menahan sedih, kuikuti langkah suamiku berwudhu dan siap2 menuju mesjid yg tidak begitu jauh dari rumahku.